Rabu, 22 Juli 2009

TOLERANSI ; bagaimana semestinya kita hidup, (islam bukan terorris)


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan pertolongan sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini disusun dengan harapan mahasiswa memahami, mengerti dan mampu menerapkan toleransi yang baik secara teori dan prakteknya dalam kehihdupan sehari-hari. Harapan kami juga adalah untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa tentang tata cara berprilaku di masyarakat bahkan di dalam kehidupan global.
Makalah ini terdiri dari pengetahuan dasar tentang toleransi, bagaimana perkembangannya dari waktu ke waktu, peranan toleransi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara . Makalah ini akan mengupas pengertian-pengertian toleransi yang variable namun pada hakikatnya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk berkehidupan yang damai. Toleransi akhir-akhir ini sering disalah artikan bahkan juga sangat jarang diperhatikan.
Tersusunnya makalah ini tidak lepas dari kerja keras dan dorongan berbagai pihak. Oleh karena itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu tersusunnya makalah ini. Semoga Allah memberikan balasan yang setimpal atas bantuannya.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami senantiasa menantikan saran dan kritik dari rekan mahasiswa dan dosen untuk proses pembelajaran dan perbaikan kami dalam penyusunan makalah selanjutnya di masa yang akan datang.


Penyusun


LALU WIRYA ARTAPATI
Yogyakarta, 27 Mei 2009


BAB I : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dari zaman ke zaman tentu kita ketahui bersama bagaimana proses perkembangan zaman dari berbagai aspek, baik dari ilmu pengetahuan,budaya,paradigma pemikiran,teori teori dan dalam bidang teknologi,komunikasi dan informasi. Betapa tidak, segala aspek itu yang dahulunya murni,manual kini harus terkontaminasi oleh perkembangan zaman. Oleh karena itu kita sebagai ummat islam tentu harus tetap berpegang teguh pada ajaran-ajaran yang telah diwariskan oleh rasul-rasul terdahulu. Toleransi adalah salah satu aspek yang sangat vital dalam perjuangan rasulullah, betapa tidak , ketika rasulullah melewati sebuah perkampungan di makkah ia dilempari oleh kotoran hewan, namun ketika sang pelempar itu sakit rasulullah lah yang pertama kali menjenguk si pelempar, pelempar heran dan akhirnya mengucapkan syahadatain.
Harus diakui bahwa krisis hak asasi manusia yang merabak akhir-akhir ini tentu tidak lepas dari arogansi manusia, manusia tidak lagi memperhatikan etika. Tidak heran beberapa kasus terjadi seperti perkelahian antar sesama saudara, ayah dengan anak, ibu dengan nenek, suku satu dengan suku satu, dana yang lebih parah adalah peperangan yang menelan jutaan korban, fenomena ini tentu tidak lepas dari tidak diperhatikannya etika atau toleransi antar sesama umat baik toleransi bernegara, sosial ataupun beragama.
Jadi kami menyajikan makalah ini kepada para pembaca,khususnya mahasiswa teknologi pendidikan agar mengetahui lebih dalam makna toleransi kemudian bagaimana pengamalannya, dan bagaimana pula urgennya dalam kkehidupan bermasyarakat, bernegara dan beragama atau apa saja sumbangan yang diberikan dalam implementasi kehidupan sehari-hari

B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian pada latar belakang masalah tersebut diatas, maka kami dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
a. Apa itu toleransi
b. Peranan toleransi dalam kehidupan sehari-hari
c. Sikap yang harus dijalankan oleh seorang muslim muslimat
d. Mengerti arti toleransi secara teori dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II : PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TOLERANSI
Kata tolernasi dalam bahasa Belanda adalah "tolerantie", dan kata kerjanya adalah "toleran". Sedangkan dalam bahasa Inggris, adalah "toleration" dan kata kerjanya adalah "tolerate". Toleran mengandung pengertian: ber-sikap mendiamkan. Adapun toleransi adalah suatu sikap tenggang rasa kepada sesamanya. (Drs Sulchan Yasin,dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, hal 389) Indrawan WS. menjelaskan pengertian toleran adalah menghargai paham yang ber-beda dari paham yang dianutnya sendiri. Kesediaan untuk mau menghargai paham yang berbeda dengan paham yang dianutnya sendiri. (Kamus Ilmiyah Populer, 1999 : 144) Sedang dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S Poerwadarminta mendefini-sikan toleransi: "sifat atau sikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercaya-an, kebiasaan, kelaku-an dsb.) yang lain atau bertentangan dengan pendiriannya sendiri, misalnya toleransi agama (ideologi, ras, dan sebagainya).
Dalam bahasa Arab toleransi biasa disebut "ikhtimal, tasamuh" yang artinya sikap membiarkan, lapang dada (samuha - yasmuhu - samhan, wasimaahan, wasamaahatan, artinya: murah hati, suka berderma) (kamus Al Muna-wir hal 702). Jadi toleransi (tasamuh) beragama adalah menghargai, dengan sabar menghormati keyakinan atau kepercayaan seseorang atau kelompok lain. Kesalahan memahami arti toleransi dapat mengakibatkan talbisul haq bil bathil, mencampuradukan antara hak dan batil, suatu sikap yang sangat terlarang dilakukan seorang muslim, seperti halnya nikah antar agama yang dijadikan alasan adalah toleransi padahal itu merupakan sikap sinkretis yang dilarang oleh Islam.
Harus kita bedakan antara sikap toleran dengan sinkretisme. Sinkretisme adalah mem-benarkan semua keyakinan/agama. Hal ini dilarang oleh Islam karena termasuk Syirik. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam". (QS. Ali Imran: 19) Sinkretisme mengandung talbisul haq bil bathil (mencampurkan yang haq dengan yang bathil). Sedangkan toleransi tetap memegang prinsip al-furqon bainal haq wal bathil (memilah/memisahkan antara haq dan bathil). Toleransi yang disalahpahami seringkali mendorong pelakunya pada alam sinkretisme. Gambaran yang salah ini ternyata lebih do-minan dan bergaung hanya demi kepentingan kerukunan agama. Dalam Islam tole-ransi bukanlah fatamorgana atau bersifat semu. Tapi memiliki dasar yang kuat dan tempat yang utama.

IMPLEMENTASI TOLERANSI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
• Konsep Toleransi dalam Islam
Dari kajian bahasa di atas, toleransi mengarah kepada sikap terbuka dan mau mengakui adanya berbagai macam perbedaan, baik dari sisi suku bangsa, warna kulit, bahasa, adapt-istiadat, budaya, bahasa, serta agama. Ini semua merupakan fitrah dan sunnatullah yang sudah menjadi ketetapan Tuhan. Landasan dasar pemikiran ini adalah firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat 13: Seluruh manusia tidak akan bisa menolak sunnatullah ini. Dengan demikian, bagi manusia, sudah selayaknya untuk mengikuti petunjuk Tuhan dalam menghadapi perbedaan-perbedaan itu. Toleransi antar umat beragama yang berbeda termasuk ke dalam salah satu risalah penting yang ada dalam system teologi Islam. Karena Tuhan senantiasa mengingatkan kita akan keragaman manusia, baik dilihat dari sisi agama, suku, warna kulit, adapt-istiadat, dsb.
Toleransi dalam beragama bukan berarti kita hari ini boleh bebas menganut agama tertentu dan esok hari kita menganut agama yang lain atau dengan bebasnya mengikuti ibadah dan ritualitas semua agama tanpa adanya peraturan yang mengikat. Akan tetapi, toleransi beragama harus dipahami sebagai bentuk pengakuan kita akan adanya agama-agama lain selain agama kita dengan segala bentuk system, dan tata cara peribadatannya dan memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama masing-masing.
Konsep toleransi yang ditawarkan Islam sangatlah rasional dan praktis serta tidak berbelit-belit. Namun, dalam hubungannya dengan keyakinan (akidah) dan ibadah, umat Islam tidak mengenal kata kompromi. Ini berarti keyakinan umat Islam kepada Allah tidak sama dengan keyakinan para penganut agama lain terhadap tuhan-tuhan mereka. Demikian juga dengan tata cara ibadahnya. Bahkan Islam melarang penganutnya mencela tuhan-tuhan dalam agama manapun. Maka kata tasamuh atau toleransi dalam Islam bukanlah “barang baru”, tetapi sudah diaplikasikan dalam kehidupan sejak agama Islam itu lahir.
Karena itu, agama Islam menurut hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Rasulullah saw. pernah ditanya tentang agama yang paling dicintai oleh Allah, maka beliau menjawab: al-Hanafiyyah as-Samhah (agama yang lurus yang penuh toleransi), itulah agama Islam.
• Hubungan Antara Toleransi dengan Ukhuwah (persaudaraan) Sesama Muslim
Allah berfirman dalam QS. Al-Hujurat ayat 10: Dalam ayat di atas, Allah menyatakan bahwa orang-orang mu’min bersaudara, dan memerintahkan untuk melakukan ishlah (perbaikan hubungan) jika seandainya terjadi kesalahpahaman diantara 2 orang atau kelompok kaum muslim. Al-Qur’an memberikan contoh-contoh penyebab keretakan hubungan sekaligus melarang setiap muslim melakukannya.
Ayat di atas juga memerintahkan orang mu’min untuk menghindari prasangka buruk, tidak mencari-cari kesalahan orang lain, serta menggunjing, yang diibaratkan al-Qur’an seperti memakan daging saudara sendiri yang telah meninggal dunia (QS.Al-Hujurat:12)
Untuk mengembangkan sikap toleransi secara umum, dapat kita mulai terlebih dahulu dengan bagaimana kemampuan kita mengelola dan mensikapi perbedaan (pendapat) yang (mungkin) terjadi pada keluarga kita atau pada keluarga/saudara kita sesama muslim. Sikap toleransi dimulai dengan cara membangun kebersamaan atau keharmonisan dan menyadari adanya perbedaan. Dan menyadari pula bahwa kita semua adalah bersaudara. Maka akan timbul rasa kasih saying, saling pengertian dan pada akhirnya akan bermuara pada sikap toleran. Dalam konteks pendapat dan pengamalan agama, al-Qur’an secara tegas memerintahkan orang-orang mu’min untuk kembali kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnah). Tetapi seandainya terjadi perbedaan pemahaman al-Qur’an dan sunnah itu, baik mengakibatkan perbedaan pengamalan ataupun tidak, maka petunjuk al-Qur’an adalah:
• Hubungan antara Toleransi dengan Mu’amalah antar Umat Beragama (Non-Muslim)
Dalam kaitannya dengan toleransi antar umat beragama, toleransi hendaknya dapat dimaknai sebagai suatu sikap untuk dapat hidup bersama masyarakat penganut agama lain, dengan memiliki kebebasan untuk menjalankan prinsip-prinsip keagamaan (ibadah) masing-masing, tanpa adanya paksaan dan tekanan, baik untuk beribadah maupun tidak beribadah, dari satu pihakl ke pihak lain. Hal demikian dalam tingkat praktek-praktek social dapat dimulai dari sikap bertetangga, karena toleransi yang paling hakiki adalah sikap kebersamaan antara penganut keagamaan dalam praktek social, kehidupan bertetangga dan bermasyarakat, serta bukan hanya sekedar pada tataran logika dan wacana.
Sikap toleransi antar umat beragama bisa dimulai dari hidup bertetangga baik dengan tetangga yang seiman dengan kita atau tidak. Sikap toleransi itu direfleksikan dengan cara saling menghormati, saling memuliakan dan saling tolong-menolong. Hal ini telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. ketika suatu saat beliau dan para sahabat sedang berkumpul, lewatlah rombongan orang Yahudi yang mengantar jenazah. Nabi saw. langsung berdiri memberikan penghormatan. Seorang sahabat berkata: “Bukankah mereka orang Yahudi wahai rasul?” Nabi saw. menjawab “Ya, tapi mereka manusia juga”. Jadi sudah jelas, bahwa sisi akidah atau teologi bukanlah urusan manusia, melainkan Tuhan SWT dan tidak ada kompromi serta sikap toleran di dalamnya. Sedangkan kita bermu’amalah dari sisi kemanusiaan kita.
Mengenai system keyakinan dan agama yang berbeda-beda, al-Qur’an menjelaskan pada ayat terakhir surat al-kafirun .Bahwa perinsip menganut agama tunggal merupakan suatu keniscayaan. Tidak mungkin manusia menganut beberapa agama dalam waktu yang sama; atau mengamalkan ajaran dari berbagai agama secara simultan. Oleh sebab itu, al-Qur’an menegaskan bahwa umat islam tetap berpegang teguh pada system ke-Esaan Allah secara mutlak; sedabgkan orang kafir pada ajaran ketuhanan yang ditetapkannya sendiri. Dalam ayat lain Allah juga menjelaskan tentang prinsip dimana setiap pemeluk agama mempunyai system dan ajaran masing-masing sehingga tidak perlu saling hujat menghujat.
Pada taraf ini konsepsi tidak menyinggung agama kita dan agama selain kita, juga sebaliknya. Dalam masa kehidupan dunia, dan untuk urusan dunia, semua haruslah kerjasama untuk mencapai keadilan, persamaan dan kesejahteraan manusia. Sedangkan untuk urusan akhirat, urusan petunjuk dan hidayah adalah hak mutlak Allah SWT. Maka dengan sendirinya kita tidak sah memaksa kehendak kita kepada orang lain untuk menganut agama kita.
Al-Qur’an juga menganjurkan agar mencari titik temu dan titik singgung antar pemeluk agama. Al-Qur’an menganjurkan agar dalam interaksi social, bila tidak dotemukan persamaan, hendaknya masing-masing mengakui keberadaan pihak lain dan tidak perlu saling menyalahkan:
Bahkan al-Qur’an mengajarkan kepada Nabi Muhammad saw. dan ummatnya untuk menyampaikan kepada penganut agama lain setelah kalimat sawa’ (titik temu) tidak dicapai (QS. Saba:24-26):
Jalinan persaudaraan dan toleransi antara umat beragama sama sekali tidak dilarang oleh Islam, selama masih dalam tataran kemanusiaan dan kedua belah pihak saling menghormati hak-haknya masing-masing (QS. Al-Mumtahanah: 8):
Al-Qur’an juga berpesan dalam QS 16: 125 agar masing-masing agama mendakwahkan agamanya dengan cara-cara yang bijak.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Toleransi adalah suatu sikap tenggang rasa kepada sesamanya. sifat atau sikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercaya-an, kebiasaan, kelaku-an dsb.) yang lain atau bertentangan dengan pendiriannya sendiri, misalnya toleransi agama (ideologi, ras, dan sebagainya). Menghargai paham yang ber-beda dari paham yang dianutnya sendiri. Kesediaan untuk mau menghargai paham yang berbeda dengan paham yang dianutnya sendiri.
Impelementasi toleransi dalam kehidupan sehari-hari sangatllah penting, karena agama yang benar adalah agama yang sudah berlandaskan pada toleransi, dan itulah islam. Pada implementasinya aspek-aspek yang harus diperhatikan adalah Konsep Toleransi dalam Islam. Hubungan Antara Toleransi dengan Ukhuwah (persaudaraan) Sesama Muslim. Hubungan antara Toleransi dengan Mu’amalah antar Umat Beragama (Non-Muslim). Sebagai muslim yang baik tentu sikap toleransi kita terhadap sesama manusia haruslah kita kedepankan namun “bukan membenarkan ajaran selain islam”. Sebagai makhluk akhir zaman kita dituntut untuk bisa mengikuti segala ajaran yang telah diwariskan oleh rasulullah SAW.

B. SARAN

Sebagai sesama muslim amat sangat sombong jika kita tidak saling menegur, harapan kami adalah kita semua hendakanya mampu mengimplementasikan sikap toleransi dalam bermasyarakat bahkan bernegara dan beragama, sikap rendah hati juga sangat penting untuk kita perhatikan agar tidak terjadi kesalahpahaman. Makalah ini bukan untuk dihafalkan tetapi sebagai ibroh dan untuk diamalkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

C. REFERENSI

Risalah aljamaah.
Wikipedia.org

0 komentar:

Posting Komentar