gili air beach, lombok. west nusa tenggara

bersama teman-teman alumni NH 07.

teknologi pendidikan, universitas negeri yogyakarta.

kabinet HIMA TP 2010, bukan saatnya beretorika, saatnya beraksi

Teknologi Pendidikan goes to malang 2011

rest area. batu malang, east java

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 21 Januari 2010

POLEMIK UJIAN NASIONAL



Hampir 8 tahun terakhir Ujian Nasional telah dilaksanakan oleh pemerintah atau Lembaga Pendidikan. Ujian Nasional merupakan pergantian dari EBTA/EBTANAS. Ujian Nasional merupakan salah satu tolak ukur, bahkan boleh dikatakan Ujian Nasional merupakan tolak ukur utama dalam proses kelulusan peserta didik. Ujian Nasional dalam penerapannya diyakini sebagai langkah untuk meningkatkan mutu, standar dan kualitas pendidikan. Dengan penerapan Ujian Nasional diharapkan dapat memeperbaiki kualitas pendidikan yang sangat tertinggal oleh negara-negara lain. Pendidikan Indonesia diyakini memiliki kualitas yang amat rendah, oleh karena itu pemerintah terus berbenah mulai dari Kurikulum, Profesionalitas dan Kualitas guru, infrastruktur hingga sistem Evaluasi. Namun Evaluasi dengan menggunakan Ujian Nasional ini nampaknya mesti dipertimbangkan. Karena pemerintah di satu sisi meyakini dengan adanya Ujian Nasional maka kualitas dan mutu pendidikan akan meningkat, peserta didik tidak lagi memandang remeh proses pembelajaran, peserta didik akan terus berpacu untuk belajar, belajar dan belajar. Namun disisi lain nampaknya pemerintah tidak melihat dampak atau efek negatif dari peneapan Ujian Nasional seperti kecurangan, banyaknya peserta didik yang tidak lulus oleh karena hanya tidak lulus dalam Ujian yang dilaksanakan hanya beberapa hari, hilangya peran guru dalam proses pembelajaran, bahkan hingga meningkatnya orang gila, stress bahkan angka kematian oleh karena kekecewaan, hingga berbuat hal hal nekat. Melihat kembali kebelakang, sungguh sangat sedih ketika melihat jeritan tangisan peserta didik yang mengis bukan dengan tangisan biasa tetapi dengan tangisan yang meraung-raung, menjerit-jerit seperti orang yang sudah tidak memiliki harapan untuk hidup. Mungkin wajar saja mereka mengis seperti itu, karena tanpa ijazah formal ia tak kan bisa melanjutkan study ke jenjang yang lebih tinggi, sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Kemudian Ujian Nasional yang bertujuan untuk mengetahui standar nasional mestinya melihat infrastrukur masing-masing sekolah di nusantara. Beberapa sekolah di kota-kota besar memang sudah terlihat layak, Namun di desa-desa, dipelosok-pelosok masih banyak sekolah yang tidak layak untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu jika pemerintah ingin tetap melaksanakan Ujian nasional maka pemerintah juga haruis segera memeberikan infrastruktur yang layak pada setiap sekolah-sekolah. Oleh karena itu pemerintah mestinya mengkaji ulang apa yang telah dilaksanakan beberapa tahun terakhir, dan terus berbenah agar sistem Evaluasi ini benar-benar berdampak positif. Pemerintah harus tetap berkomitmen untuk terus berupaya meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Sehingga cita-cita dan untuk mencerdasakan kehidupan bangsa benar-benar terlaksana.

Minggu, 17 Januari 2010

GALA SINEMA


negara ini sedang berdrama
pajabatnya sedang berjuang
untuk menjadi pahlawan,
pahlawan kesiangan....

rakyatnya tak lagi difikirkan...
yang difikirkan hanya lah sidang..
sidang tanpa putusan..

cita-cita menjadi negara yang maju cuma omong kosong..
pejabatnya pembohong....
rakyat lagi-lagi jadi korban...

edan edan edan edan.....


dedicated to problem of (KPK,JAKSA,POLRI) hidup rakyat.....

Lalu Wirya